“Pujilah Tuhan Sumber Kesejahteraan”


Demikianlah tema yang diangkat dalam Perayaan ekaristi tahun baru Imlek 2570 yang diadakan hari Minggu (10/2) pukul 08.00. Perayaan Ekaristi dengan dipimpin oleh ketiga romo paroki, romo santo, romo Sumantara dan romo Bondan, dihadiri banyak sekali umat. Perayaan dibuka dengan para liturgi, berupa tarian yang dibawakan oleh adik-adik PIA Kumetiran. Dalam homilinya romo Santo mengatakan kita harus memberikan kesejahteraan bagi sesama kita. Percaya kepada Yesus, awalnya Petrus yang meragukan Yesus, bahwa semalam-malaman tak dapat ikan, berkat Yesus berkata bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu. Dan apa yang terjadi ikan penuh dalam jaringnya sampai ia pun meminta teman-temannya membantu.
Sesuai tradisi sesudah anak-anak meminta berkat, anak-anak yang maju masing-masing mendapatkan angpau. Sesudah perayaan ekaristi selesai, para romo keluar dari gereja untuk memberkati barongsai. Dan acara pesta umat dengan makan bersama di halaman gereja telah resmi dibuka. Sambil makan dan minum, umat menikmati pertunjukan seni barongsai.
Selamat tahun baru Imlek, semoga kita semua semakin sejahtera.

Malam refleksi dan pesan perdamaian “Mengenang peristiwa 11 Februari 2018 di gereja St.Lidwina Bedhog


IMG-20190210-WA0000

Minggu malam (10/2) bertempat di Aula depan gereja St.Lidwina Bedhog diadakan acara mengenang peristiwa 11 Februari 2018 di gereja St.Lidwina Bedhog. Acara yang dimulai pukul 19.30 selain dihadiri oleh romo, anggota dewan paroki, pengurus gereja Bedhog, juga turut serta Bapak Lurah Trihanggo Bapak Herman Budi Santosa, SE, bapak Camat Kecamatan Gamping Bpk. Arif Marwoto, serta jajaran kepolisan dan Koramil.
Dalam pengatantarnya romo Yohanes Dwiharsanto,mengucap syukur karena proses pendampingan hukum telah selesai selesai. Tak lupa romo Santo membacakan pesan dari wa Buya Safii Maarif, yang malam hari ini tidak bisa datang, beliau titip pesan “selamat mewujudkan persaudaraan dan perdamaiaan, agama jangan dijadikan perusak bagi rumah kita masing-masing.” Romo Santo juga mengingatkan bahwa seminggu yang lalu dalam kunjungan Bapa Paus ke Jazirah Arab tentang dokumen persahabatan manusia dan hidup bersama.Pesan ini cocok dengan semangat Bapa Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar tentang perdamaian. Iman menuntun umat beriman melihat orang lain sebagai saudara laki-laki dan perempuan untuk dicintai. Terorisme akumulasi dari interpretasi yang salah tentang pemahaman ajaran agama.
Tak lupa romo mewakili umat, mengucapkan banyak terima kasih kepada tim pendamping hukum dari kevikepan dan tim pendamping psikologi dari berbagai macam pihak, serta dari pihak kepolisian, Koramil pak Lurah, pak Camat serta warga sekitar yang telah banyak membantu. Semoga peristiwa ini tidak terjadi lagi. Hikmahnya semakin bersaudara semakin akrab.
Bapak Lurah Bapak Herman Budi Santosa, juga mengingatkan bahwa, teroris menjadi musuh bersama. Deteksi dini dari masyarakat untuk dapat mengantisipasi, keamanan dari lingkungan masing-masing perlu ditingkatkan. Toleransi yang sudah lama terjalin dengan sesama warga masyarakat diharapkan dapat terus terjalin dan semakin kompak.
Refleksi
Tim psikologi yang diwakili oleh Ibu Detty “Kerja sama persaudaraan yang sunggguh luar biasa. Apapun yg terjadi jika sesuatu saling membantu hasilnya akan sungguh luar biasa.
Tim hukum KKPKC KAS, juga mengucapkan terima kasih, kepada para saksi atas kerjasamanya, sehingga perjalanan proses hukum dapat berjalan dengan lancar.

-sigal-

“Ku Mau Jadi Anak Bijak” Misa Natal Anak 25 Desember 2018


img-20190126-wa0000

Pada 25 desember 2018 pagi jam 08.00, Perayaan misa natal anak St Theresia kanak-kanak Yesus paroki Kumetiran mengambil tema “Aku mau jadi anak bijak”. Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Yohanes Dwi Harsanto.Pr berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita, diawali dengan tarian manuk dadali oleh anak2 Tk indriyasana yg lokasinya satu komplek dengan lingkungan gereja… tarian manuk dadali ini membuka prosesi untu menjemput perarakan ditandainya perayaan ekaristi, setelah pembacaan injil suci oleh romo,setelah pengantar pada homili, ada drama singkat yg diperankan oleh kakak pendamping pia yg masih remaja, antar umur kelas 6 sd sampai 1 smu. Drama yg menggambarkan bagaimana menjadi anak katholik yg bisa bersikap bijak dalam pergaulan disekolah, cerita ini adalah tentang seorang siswa bernama neki yg sangat sederhana dan pendiam dan tidak pernah mendapat nilai bagus, yg selalu di buly oleh teman2nya yg bernama bella, nabil dan dinda anak2 yg memiliki tingkat kehidupan yg lebih baik, dan selalu memamerkan barang2 yg mereka punya, lalu ada anak baru bernama siska yg tidak memilih milih dalam berteman, ia mendekati neki dan mengajak belajar bersama sampai akhirnya neki mendapat nilai bagus untuk pertama kalinya, teman2nya tidak percaya dan tetap membuly mereka menuduh neki mencontek, sampai akhirnya pak guru melerai mereka, pada suatu hari bella terjatuh dan terluka saat hendak pulang sekolah, dan neki yg menolongnya, teman2nya mencari bella , dan kemudian oleh siska mereka di nasehati untuk tidak lagi membuly neki, dan tidak memilih milih dalam berteman, lalu bella, dinda dan nabil meminta maaf dan merekapun menjadi baik dan lebih bijak dalam berteman. Lalu pada akhir homili romo menjelaskan tentang souvenir natal berupa celengan yg akan dibagikan setelah berkat anak, celengan ini nantinya akan digunakan untuk membantu beasiswa sekolah bagi anak2 yg kurang mampu di paroki kumetiran, celengan ini akan dikumpulkan pada pertengahan tahun 2019 yg bertepatan dengan _pesta berlian_ peringatan Hari Ulang Tahun yg ke 75 Gereja St. Perawan Maria tak bercela paroki Kumetiran. Dan pada akhir misa, anak2 diberikan bingkisan parcel anak dati sumbangan dan partisipasi umat dalam mendukung kemeriahan Misa Natal Anak Paroki Kumetiran, Damai dan sukacita Natal selalu menyertai kita, dan semoga anak2 pia sebagai wajah masa depan gereja dapat bertumbuh menjadi lebih bijak dalam pergaulan yg baik di era milenial ini, sehingga wajah masa depan gereja untuk mewujudkan gereja yg inklusif,inovatif dan merangkul selalu dalam berkat Allah. Selamat Natal Damai Sejahtera dan sukacita natal memberkati kita semua.

ULANG TAHUN KE 3 FKMK


Pada tanggal 30 September 2012 lalu, FKMK Paroki Kemetiran merayakan ulang tahun ke-3 nya, sudah banyak suka dan duka,kebersamaan, pertentangan , dan banyak cerita lainnya yang menghiasi selama 3 tahun. Pada usia yang ke 3 ini FKMK siap untuk regenerasi pengurusnya. Dalam perayaan yang ke 3 ini dirayakan dengan cara doa bersama, kumpul-kumpul, makan-makan di panti paroki atas, tak lupa penampilan dari teater unio corda yaitu teater milik FKMK Paroki Kemetiran turut memeriahkan acara ulang tahun ini. Dalam acara ini suasana kebersamaan cukup terasa di antara para angootanya, karena mungkin ulang tahun kali ini akan menjadi perpisahan dalam arti sudah banyak atau sebagian besar pengurusnya sudah mulai menapaki jalan kea rah yang lebih dewasa, bekerja maupun yang masih mahasiswa. Tetapi perpisahan bukannya selamanya, para anggotanya masih dapat berkumpul bersama jika ada waktu luang sehingga tali kebersamaan masih akan tetap terjalin. Semoga regenasi yang menumbuhkan generasi baru akan mengambil apa yang lebih dari para seniornya dan membuang yang menjadi kekurangannya,
-ragil-

Salib adalah Kebahagiaan?


Belajar memahami hidup
Hidup bahagia menjadi dambaan setiap orang, tetapi tidak semua orang mempunyai gambaran yang sama tentang kebahagiaan. Ada orang yang berpendapat bahwa bahagia itu disamakan dengan hidup serba kecukupan, tidak ada masalah dan tidak kurang suatu apapun. Siapa orang tidak ingin kaya, punya tempat tinggal (rumah), ada kendaraan, anak isteri menyenangkan, pekerjaan lancar, teman banyak, apa-apa tersedia dan kelak kalau mati masuk surga. Seperti yang diimpikan oleh banyak anak muda: Lahir dari keluarga kaya, muda foya-foya, tua kaya raya, kalau mati masuk surga! Hahah, orang bilang itu ”uakeh tunggale”, banyak yang mau!
Persoalannya adalah pernahkah orang belajar untuk mencari tahu, bagaimana bisa mendapatkan semua itu? Semua orang tentu tahu peribahasa ini: ”hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai”, ”berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Tidak ada yang gratis dalam hidup ini! Untuk mencapai sukses orang butuh usaha keras dan melalui proses dan mengikuti berjalannya waktu. Maka, segala usaha untuk memaksakan diri, bahkan dengan cara kekerasan untuk menjadikan diri kaya hanya akan dijawab dengan kekacauan dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat.

Tuntutan Injil adalah salib
Beberapa kali dalam Injil dikatakan bahwa untuk menjadi murid Yesus, orang harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat 16, 24; Mrk 8, 34; Luk 9, 23). Jelas sekali, menurut pandangan Injili tidak ada jalan lain menuju kepada kebahagiaan kecuali salib.
Bahkan dengan mentaati hukum agama, orang tidak bisa menjamin untuk menerima hidup yang kekal. Dalam percakapan antara Yesus dengan seorang pemuda kaya (bdk Mrk 10:17-30), hal itu sangat jelas ditampilkan. Dialog ini diawali dengan datangnya seorang pemuda kepada Yesus yang dengan penuh penuh antusiasme bertanya tentang bagaimana memperoleh hidup yang kekal. Kisah dimulai dengan datangnya pemuda itu kepada Yesus. Dia berlari-lari mendapatkan Yesus dan bertelut di hadapan-Nya. Orang itu menghormati Yesus (bertelut di hadapan-Nya) dan menganggap Yesus sebagai Guru yang baik (lurus, jujur, saleh, kudus, tanpa pamrih, dsb). Sebagai Guru yang baik, pasti Yesus dapat memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaannya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dialog ini diakhiri dengan perginya pemuda itu dengan sedih, karena nasehat Yesus tidak seperti yang dia harapkan. Bahkan adegan itu harus ditutup dengan sabda Yesus mengenai anugerah hidup kekal bagi siapapun yang berani meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Ketika pemuda itu akhirnya pergi dengan sedih karena banyak hartanya, Yesus membuat pernyataan yang menggemparkan para murid: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”…. “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Bagi kita di zaman sekarangpun kata-kata Yesus yang cukup keras ini tidak mudah dicerna. Namun, maksud perkataan Yesus itu kiranya jelas, bahwa bahwa orang kaya masuk Kerajaan Allah itu bukan hanya sulit tetapi bahkan mustahil.
Orang kaya yang dimaksud adalah orang yang mempunyai kelekatan duniawi. Kelekatan pada harta dunia sebenarnya hanyalah salah satu macam kelekatan saja. Masih banyak kelekatan lain yang membuat orang sulit masuk ke dalam kerajaan Allah. Misalnya kelekatan pada sifat-sifat buruk tertentu, kelekatan pada orang tertentu, kelekatan pada kesenangan yang tidak sehat, dan sebagainya. Orang Jawa menyebut penyakit “malima” (madat, maling, main, minum, madon) sebagai kelekatan. Kelekatan itu sendiri dapat berupa perbuatan dosa tetapi dapat pula berupa sumber pemicu dosa. Kelekatan pada harta dunia akan menjadi sumber pemicu dosa jika membuat orang menjadi pelit, tidak suka menolong sesama, menghalalkan segala cara untuk memperoleh harta dunia, dsb. Dengan kata lain, kelekatan pada pokoknya adalah “sikap batin” orang. Kelekatan pada hal-hal yang tidak baik harus diwaspadai jangan sampai membuahkan dosa.

Melayani Yesus, mengikuti teladan-Nya
Ajaran dan sekaligus ajakan Yesus untuk menyangkal diri sungguh berat, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Jose Mujica adalah Presiden Uruguay yang sangat disegani, bukan karena pandai dalam memimpin negara, tetapi karena ia miskin. Bahkan ia dijuluki ”Presiden Termiskin di Dunia”. Mengapa? Ia rela menyumbangkan 90 persen gajinya ke badan amal. Namun ia tak merasa terusik dengan julukan tersebut. Dalam wawancara dengan Le Monde, surat kabar harian setempat dia sempat berucap: “Saya tak mempermasalahkan apa yang saya dapat, masih banyak warga yang hidup kekurangan”. Konon, per-bulannya, Jose Mujica digaji US$ 12,5 ribu (sekitar Rp 119 juta). Namun ia hanya mengambil sepuluh persen saja dari haknya itu. Kebiasaan menyumbangkan gaji ini ternyata juga menular kepada istrinya, Lucia Topolansky. Maka tak aneh bila barang mewah yang dimiliki pasangan ini hanya sebuah rumah di Montevideo dan mobil butut merk Volkswagen.
Jadi, akhirnya kebahagiaan menjadi sangat relatif terhadap dunia. Orang tidak bisa mengharapkan kebahagiaan (hidup kekal) dari dunia ini. Maka kelekatan duniawi pada dasarnya adalah sebuah kebodohan. Bagaimana dengan sikap & semangat pelayanan anda?

FX Suyamta Pr

Berlectio Divina di Alam


Pertemuan bulan Kitab Suci yang keempat di lingkungan Gampingan tak seperti biasanya. Kali ini pertemuan yang ke empat diadakan di Omah Petruk daerah di dekat pinggir kali Boyong Kaliurang Sleman. Sebanyak kurang lebih 30 umat ikut dalam pertemuan yang keempat ini, tua, muda bahkan anak-anak tak ketinggalan ikut serta. Dengan naik bis dan beberapa kendaraan pribadi berangkat dari lingkungan sekitar pukul 16.30 sampai di tempat suasan senja menjelang malam telah menyambut kami. Suasana malam disertai dengan bunyi-bunyian hewan malam khas suasana pedesaan, membuat pertemuan nampak lain dari pada biasanya. Suasan yang mendukung buat berlectio divina ini dapat lebih mengantar umat dalam bermeditasi dan menghadirkan diri untuk menyaksikan mukjizat Tuhan dalam merubah air menjadi anggur di pernikahan di Kana. Selesai bermeditasi, dipersilahkan umat untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya. Banyak umat yang mengutarakan senang dengan pertemuan seperti ini, cara baru dalam berdoa lewat kitab suci mampu membuat umat merasakan sendiri Tuhan yang begitu mengasihi kita. Nampaknya model dan suasana yang lain dari pada biasanya dapat menggerakan umat untuk ikut hadir dalam pertemuan bulan kitab suci ini.
-sigal-

Workshop Pelatihan Pendamping PIA rayon Kota Yogyakarta


Sebanyak 30 pendamping PIA bersama perwakilan bidang pewartaan dari paroki-paroki yang ada di rayon kota Yogyakarta, terdiri paroki Pugeran, Kidulloji, Bintaran, Baciro, Kumetiran, Kotabaru dan Jetis. Selama 3 hari (21 September-23 September 2012) bertempat di Kaliurang mengikuti Workshop pelatihan pendamping PIA. Acara yang diselenggarakan oleh Bimas Katolik Kota Yogyakarta ini, bertujuan untuk kembali memperkaya pola pelatihan pendamping PIA, baik dari segi kreativitas, cara mengajar ataupun mengenal lagu-lagu baru. Mengenal kembali materi spiritualitas dalam mendampingi anak dibawakan oleh romo Fitri. Dalam kesempatan ini romo mengajak kembali sejauh mana para pendamping sudah menjadi fasilitator dalam mengantar anak kepada Tuhan Yesus.
Selama kurang lebih tiga hari, para pendamping PIA penuh dengan materi praktek mengajar sekolah minggu. Evaluasi dan masukan setelah mengajar senantiasa dilakukan, untuk membuat kegiatan pendampingan yang akan datang dapat berjalan lebih baik lagi. Berakhirnya rangkaian workshop pelatihan pendamping PIA, buka berarti selesai sampai disini, namun justru merupakan sebuah awal, untuk kembali menghidupkan kembali paguyuban PIA jaringan kota Yogyakarta yang telah beberapa lama vakum. Rencananya untuk pertemuan pertama temu pendamping PIA ini akan diadakan di paroki Bintaran. Selamat berproses kakak-kakak pendamping PIA.
-sigal-

SYUKURAN LINGKUNGAN SINGOSAREN LOR


Senja itu di hari Selasa, 25 September 2012 menjelang pukul 7 malam … bertempat di rumah Bpk. Mintarjo, umat berbondong-bondong hadir di tempat itu. Ada para ketua lingkungan di wilayah tujuh, ketua wilayah tujuh, umat lingkungan Singosaren Lor, para frater novis SJ (yang sedang live-in di HKI), para suster PMY, serta anak-anak dari Helen Keller Indonesia (HKI). Mereka semua hadir untuk mengucapkan syukur atas pesta nama lingkungan yakni St. Gabriel serta perayaan HUT lingkungan yang ke-7. Rasa syukur ini diungkapkan dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Yatno Pr.
Tema dalam perayaan syukur ini adalah “Guyub Rukun Nyambut Gawe Kagem Gusti”. Dalam homilinya, Romo Yatno mengajak umat untuk meneladan St. Gabriel agar menjadi pembawa kabar sukacita atau pembawa kabar keselamatan bagi banyak orang. Sebagai orang katolik, hendaknya kita menjadi ‘plus’ karena ada Kristus yang hadir dalam diri kita masing-masing. Kehadiran Kristus itu kita wujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari, semestinya kita mampu menjadi teladan bagi sesama dalam perbuatan kasih, pembawa kabar keselamatan, bukannya pembawa kabar kehancuran. Romo juga mengajak umat yang hadir agar senantiasa ‘Guyub’, bersatu padu hidup dalam kasih persaudaraan untuk bersama-sama melayani Tuhan dalam diri sesama.
Setelah perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Rm. Yatno dan diserahkan ke Bu Nurtyas sebagai ketua lingkungan terpilih. Saat pemotongan tumpeng, Romo Yatno memberi contoh ke umat, bagaimana cara memotong tumpeng yang benar. Lagu “Selamat Ulang tahun” … mengiringi acara pemotongan tumpeng. Acara dilanjutkan dengan beberapa sambutan baik oleh ketua lingkungan Singosaren Lor maupun ketua wilayah tujuh.
Acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan malam bersama. Meskipun peringatan St. Pelindung dan HUT Lingkungan ini dirayakan secara sederhana tetapi berkesan sangat mendalam.

Oleh : Sr. Stanisla PMY

Pembukaan Bulan rosario


Seusai misa minggu sore (30/09) dengan diiringi lagu Mari Muliakan Maria, diadakan iring-iringan prosesi perarakan patung Bunda Maria dari sakristi menuju altar. Dengan dibawa dua orang prodiakon patung bunda Maria dibawa sampai di depan altar dan berhenti sejenak. Setelah romo Bono memberikan berkat penutup, baru iring-iringan patung bunda Maria bersama Romo serta umat yang ikut dalam pembukaan bulan rosario beriringian menuju ke Gua Maria Kumetiran. Sesampainya di depan gua, patung Bunda Maria diletakan pada tempatnya. Kemudian baru diadakan doa rosario bersama umat yang ikut hadir malam itu. Sekitar 100 umat ikut mendaraskan doa rosario untuk mengawali bulan rosario tahun ini. Selama bulan Oktober ini nampak gua Maria Kumetiran, ramai dikunjungi tiap malam. Siang haripun ada anak-anak PIA dari lingkungan yang berdekatan dengan gereja Kumetiran berdoa rosario di depan gua maria Kumetiran.
-sigal-

Sugeng Rawuh Romo Yatno


Hari Kamis (27/09) nampak berbeda dari pada biasanya, halaman gereja Kumetiran sore itu dipenuhi dengan ratusan umat dari perwakilan paroki Somohitan, warga sekitar paroki Somohitan serta ikut beberapa komunitas yang mengahantar romo Yatno untuk berkarya di gereja Kumetiran. Nampak romo Bono selaku pastor kepala beserta pengurus dewan paroki ikut hadir dan menjadi among tamu, memberikan ucapan salam dan selamat datang kepada para umat yang datang. Acara yang diadakakan di panti paroki atas ini dimulai sekitar pukul 15.30 setelah semua rombongan pengantar romo Yatno naik ke panti paroki. Dalam ucapan selamat datang, romo Bono mewakili para romo yang lain serta umat Kumetiran menyampaikan ucapan selamat datang, Sugeng Rawuh romo, selamat berkarya bagi umat di paroki Kumetiran serta warga masyarakat pada umumnya. Tugas yang diemban di paroki Kumetiran ini salah satunya yaitu mendampingi stasi Bedhog, agar dapat berkembang menjadi paroki yang mandiri. Romo Yatno sebelum memulai sambutannyapun mengundang saudara, teman-teman dari berbagai macam komunitas dan profesi untuk turut maju kedepan ikut mendampingi romo Yatno. Mereka diperkenalkan satu persatu kepada romo Bono dan pengursu dewan yang hadir. Mengingat aktivitas dan keterlibatam romo dalam berbagi macam aksi sosial kemanusiaan dan gerakan lintas agama maka bisa dibayakan teman-teman romo tentu sangat banyak. Maka pada kesempatan itu pula romo Yatno minta ijin jika sewaktu-waktu teman-temannya dari berbagi macam komunitas ini berkumpul di gereja Kumetiran.
Acara ditutup dengan doa penutup yang dipimpin oleh romo Koko, dilanjutkan dengan jabat tangan perpisahan romo Yatno yang telah berkarya 12 tahun di paroki Somohitan dengan umat yang ikut menghantar. Selamt berkarya romo…..
-sigal-

Previous Older Entries